PENDAHULUAN
“Bila seseorang
muslim menaburkan benih atau menanam
tanaman lalu ada burung atau manusia atau binatang yang memakan
sebagian darinya niscaya hal itu akan
dinilai sebagai sedekah baginya” (HR Bukhari)
Itulah salah satu riwayat yang menunjukkan betapa mulianya pekerjaan sebagai petani, oleh karena itu mereka harus terus dibina dan dibimbing untuk dapat melaksanakan teknologi-teknologi anjuran sehingga diperoleh peningkatan produksi , pendapatan dan kesejahteraan.
Itulah salah satu riwayat yang menunjukkan betapa mulianya pekerjaan sebagai petani, oleh karena itu mereka harus terus dibina dan dibimbing untuk dapat melaksanakan teknologi-teknologi anjuran sehingga diperoleh peningkatan produksi , pendapatan dan kesejahteraan.
Kabupaten Tapin merupakan salah satu sentra produksi padi andalan di
Provinsi Kalimantan Selatan yang setiap tahun produksinya selalu surplus lebih
kurang 100.000 ton gabah kering giling, hal ini sangat bersesuaian dengan
lambang daerah Kabupaten Tapin berupa Lumbung Pangan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan meningkatkan produktivitas per satuan
luas melalui teknologi spesifik
lokasi sesuai dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal yang dimaksud adalah
tanaman padi “Limbangun” dengan
rumpun yang besar mempunyai jumlah anakan
yang banyak bisa mencapai 90 s/d 100 batang. Tanaman padi "Limbangun" ini
terdapat di semua lahan sawah seperti
irigasi, tadah hujan, lebak dan pasang surut, dan sering digunakan petani
sebagai bibit (anak banih) apabila mereka
kekurangan bibit atau anak banih.
Menurut Kamus Bahasa Banjar kata "Limbangun" diperkirakan
berasal dari kata "Limbah" yang berarti terjatuh dari
pautan asal; dan kata "Bangun" yang berarti
bangkit/badiri/bapuat, sehingga kata "Limbangun" bisa diartikan
tumbuh alami dari benih yang terjatuh dari tangkainya. Hal ini sesuai
dengan pemahaman yang berkembang di masyarakat
Tanaman padi model "Limbangun" ini sekarang sudah dapat ditanam
secara intensif dengan sebutan SRI atau singkatan dari System of Rice
Intensification yang produksinya bisa mencapai kisaran 11 - 13 ton gabah kering
giling per hektar. Oleh karena dapat ditanam secara intensif atau secara
sengaja dengan bersungguh-sungguh atau "bakurinah" (Bahasa Banjar), maka tanaman padi SRI (System
of Rice Intensification) bisa juga disebut sebagai tanaman padi "Limbangun
Bakurinah"
PRINSIP DASAR
"LIMBANGUN BAKURINAH" atau SRI
1.
Tanah Sehat, Menggunakan Bahan Organik
Bahan organik dapat memperbaiki sifat-sifat fisik,
kimia dan biologi tanah'
Tanah menjadi lebih gembur, lenih banyak menyimpan
air dan tidak terjadi genangan. Aliran udara lebih baik dan mudah
diolah/dibajak.
Unsur hara makro dan mikro dalam tanah mudah
terbentuk dan tersedia sesuai keperluan tanaman. Kemampuan tukar kation
(nutrisi) lebih baik, dan kondisi pH tanah netral.
Sumber makanan bagi bakteri pengurai dan cacing
tanah, humus lebih banyak terbentuk, dan mengundang lebih banyak predator atau
musuh alami..
2.
Benih Muda Bermutu
Umur 5-10 Hari dari Kecambah di Persemaian
Seleksi benih bermutu dengan larutan garam apabila benihnya
mengapung dibuang dan gunakan yang tenggelam saja. Sebelum benih direndam dan
diperam terlebih dulu dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa garam
yang masih menempel.
Model persemaian kering dengan bantuan hamparan
plastik, menggunakan nyiru, tampah, ceper atau baskom dan lain-lain.
Apabila benih
yang ditanam umurnya lebih dari 12 - 18 hari maka kemampuannya untuk beranak akan
sangat menurun sehimgga jumlah anakan produktif tidak banyak.
3.
Ditanam Tunggal dan Dangkal dengan Akar Horizontal Membentuk
Huruf L (Benih 5-7 Kg/Ha)
Menghindari persaingan antar tanaman, dan
akar tanaman yang mati menyebabkan tanahnya masam.
Unsur
hara lebih banyak tersedia di sekitar permukaan tanah sehingga tanamnya jangan
dalam
Posisi
akarnya lebih baik dan dapat langsung
menyerap unsur hara serta lebih cepat berkembangnya.
4.
Jarak Tanam 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm
Memaksimalkan penyerapan unsur hara dan sinar matahari.
Memberi ruang untuk pertumbuhan yang maksimal, jarak antar tanaman
yang lebih luas menghasilkan tanaman yang lebih berakar, lebih berbatang.
5.
Penyiangan dan Penyemprotan MOL Dilakukan 4 kali (10, 20, 30 dan 40 HST)
Penyiangan (dengan landak/gasrok) dapat
menggemburkan tanah untuk menjaga kestabilan rumah tangga tanah.
- Memperbaiki ketersediaan oksigen dalam tanah yang diperlukan akar tanaman. Menambahkan udara di tanah melalui penyiangian mungkin lebih penting daripada pengambilan rumput-rumputan saja.
- Menghindari persaingan penyerapan nutrisi dan energi dengan tanaman liar / gulma
- Menyiangi secara awal dan teratur sangat penting untuk meningkatkan perkembangan sistem akar dan untuk tanaman padi seluruhnya.
- MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat sekitar petani. bahan tersebut diduga berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman seperti : Zyberlin, Sitoxinin, Auxin dan Inhibitor.
- Bahan untuk membuat larutan MOL sangat banyak tersedia di sekitar kita, seperti : rebung bambu, keong mas, limbah sayuran/buah-buahan, buah maja, bonggol pisang, buah nenas & pepaya, nasi, gula merah dan lain-lain, sedangkan larutannya seperti air cucian beras, air kelapa, air nira (lahang), tetes tebu, limbah pabrik tahu/tempe, urine ternak.
6.
Tidak Digenangi Air, Tanah Lembab (Air Kapasitas Lapang)
Padi bukan tanaman air sehingga tidak
perlu digenangi.
Air cukup tersedia di dalam saluran
(tanah lembab)
Tanah yang selalu digenangi air akan
kekurangan oksigen yang diperlukan oleh akar tanaman
Kekurangan oksigen di lingkungan akar menyebabkan pengasaman tanah
yang mengakibatkan kerusakan di aerenchyma
(kantong udara) di sel-sel akar
dan menghalangi peresapan unsur hara, asimilasi dan pertumbuhan
tanaman.
7.
Tidak Menggunakan Pupuk Kimia
dan Pestisida Sintetis
Untuk padi organik tidak boleh menggunakan pupuk
kimia dan pestisida sintetis, semuanya harus menggunakan pupuk dan pestisida organik
(nabati), untuk menghindari residu bahan kimia serta agar pertanian dapat
berkelanjutan.
Untuk padi non organik penggunaan pupuk kimia dan
pestisida sintetis masih dibenarkan tetapi dari aspek kesehatan dan aspek
pertanian berkelanjutan sangat tidak dianjurkan.
Catatan
Untuk padi unggul lokal varietas Siam Kupang mampu berproduksi 6,024 ton GKG/ha (umur
semaian 30 hari) sampai dengan 7,560 ton GKG/ha (umur semaian 10 hari).
(Penyusun : H. Syaiful Anwar)