Pekarangan merupakan
sebidang lahan yang berada di sekitar rumah dengan status pemilikan pribadi dan
memiliki batas-batas yang jelas. Pekarangan, dari
sudut ekologi merupakan lahan dengan sistem yang terintegrasi dan mempunyai
hubungan yang kuat antara manusia sebagai pemilik dan penghuninya dengan
tanaman yang tumbuh dan ditumbuhkannya serta dengan hewan-hewan yang
diternakannya. Pekarangan, sebagai habitat suatu keluarga dalam bentuk halaman
rumah atau taman rumah memiliki fungsi multi-guna antara lain sebagai tempat
dipraktekkannya sistem agroforestri, konservasi sumberdaya genetik, konservasi
tanah dan air, produksi bahan pangan dari tum-buhan dan hewan, tempat
terselenggaranya aktivitas yang berhubungan dengan sosial-budaya, terutama bagi
pekarangan yang berada di perdesaan..
Kebutuhan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia, harus terus
diperjuangkan agar masyarakat Indonesia tidak kelaparan dan kekurangan gizi.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas nutrisi antara lain
mengembangkan pola diversikasi pangan. Dengan keanekaragaman pangan yang banyak
baik dari sumber bahan nabati maupun dari hewani, selayakanya masyarakat
Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara berkecukupan karena kita
memiliki sumberdaya alam yang berlimpah. Diharapkan bahwa pekarangan sebagai
agroekosistem dapat dijadikan unit usahatani yang bisa diberdayakan untuk
mendukung ketahanan pangan dengan memberi percepatan dalam penganekaragaman
pangan keluarga.
Lingkungan
Tumbuh
- Lingkungan tumbuh mempengaruhi proses fisiologi seperti fotosintesis, respirasi, asimilasi, transpirasi, dll.
- Lingkungan tumbuh tidak hanya terdiri atas tanah, hara (pupuk atau hara makro) dan air saja, tetapi suhu, Carbon, cahaya, kelembaban dll.
Budidaya Organik yang Ramah Lingkungan
- Budidaya tanaman secara organik – sesedikit mungkin menggunakan bahan anorganik.
- Bahan organik berasal dari sisa kegiatan hulu pertanian.
- Bahan-bahan sisa kegiatan pertanian berupa sekam, arang sekam, sabut kelapa, kulit kacang tanah, serbuk gergaji, sampah daun bambu, bahkan sampah rumah tangga dan lumpur endapan kolam ikan.
- Teknik-teknik baru menggunakan EM4, dekomposisi bahan organik ini menjadi kompos telah dapat dipercepat dari 2-4 bulan menjadi 2-4 minggu.
Budidaya Vertikal (Verticulture)
pada Pekarangan Sempit
- Usaha pertanian dengan memanfaatkan semaksimal mungkin ruang dalam pengertian 3 dimensi, di mana dimensi tinggi (vertikal) dieksploitasi sehingga indeks panen per satuan luas lahan dapat dilipatgandakan.
- Bertanam tanaman dengan media selain tanah pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga (Cascade planting) --- struktur etage bouw pada pekarangan.
- Bertanam dalam pot-pot gantung yang mengisi penuh ruang, yang tahan teduh di bawah dan yang lebih suka panas diletakkan di atas
Tabulapot pada Pekarangan
Sempit
- Menanam tanaman buah-buahan dan sayuran maupun tanaman lainnya di dalam pot/ polybag.
- Media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik.
- Pot yang kurang baik, aerasi kurang dilaporkan kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.
Target
Pola Pangan Harapan 2010 – 2014
No.
|
Kelompok Pangan
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
PPH Ideal
|
1
|
Padian-padian
|
25,0
|
25,0
|
25,0
|
25,0
|
25,0
|
25,0
|
2
|
Umbi-Umbian
|
1,1
|
1,3
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
3
|
Pangan
Hewani
|
16,1
|
16,8
|
18,6
|
19,7
|
20,9
|
24,0
|
4
|
Minyak dan
Lemak
|
5,0
|
5,0
|
4,8
|
4,9
|
4,9
|
5,0
|
5
|
Buah/Biji
Berminyak
|
0,9
|
0,8
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
6
|
Kacang
–Kacangan
|
5,8
|
5,6
|
9,7
|
9,7
|
9,7
|
10,0
|
7
|
Gula
|
2,1
|
2,0
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
8
|
Sayuran
dan Buah
|
21,5
|
20,8
|
25,7
|
26,3
|
26,8
|
30,0
|
9
|
Lain-Lain
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
Total
|
77,5
|
77,3
|
89,8
|
91,6
|
93,3
|
100,0
|
Sumber: Susenas 2011 dan Widya Karya Pangan dan
Gizi VIII, 2004
*) = Realisasi PPH berdasarkan Susenas 2011
Budidaya
Sayuran-Buah, Kacang-kacangan dan Pangan Hewani di Pekarangan
Prioritas-prioritas
tanaman yang akan dikembangkan di Pekarangan, yaitu:
Tanaman-tanaman
yang perlu diprioritaskan dalam pekarangan
Sebagai sumber
|
Nama tanaman *)
|
Vitamin A
|
Mangga, pepaya, adpokat,
daun-daun hijau: cangkudu, pepaya, lamtoro, singkong, talas, katuk kelor,
melinjo, sawi,turi, kangkung, bayam, ubi jalar, kecipir, kacang panjang,
mangkokan
|
Vitamin C
|
Jambu biji, sirsak, srikaya, cabai
besar, pepaya
|
Protein
|
kacang panjang, buncis, kara, gude (hiris), kecipir, petai, lamtoro daun-daunan : bayam,
singkong, kangkung, melinjo
|
Kalori
|
Pisang, adpokat, kelapa, ubi jalar,
ganyong, garut, singkong, jagung, ubi jalar
|
Lemak
|
Kelapa, adpokat
|
Bumbu jamu
|
Jahe, kencur, kunyit, kumis kucing, laja, sirih, temulawak, dan
lain-lain
|
|
Pengelolaan
Pekarangan untuk Keberlanjutan Proses Produksi
Kebun
Bibit Desa
Keberlanjutan pekarangan salah
satunya dipengaruhi oleh ketersediaan bibit dan benih secara berkelanjutan.
Oleh karena ini keberadaan kebun bibit desa merupakan persyaratan dalam
pengembangan dan optimalisasi pekarangan.
Fungsi
Kebun Bibit:
1. Tempat
perbanyakan tanaman secara vegetative dan generative
2. Memasok
kebutuhan bibit bagi keluarga pemilik pekarangan
3. Member
jaminan ketersediaan sejumlah bibit setiap waktu
4. Memberi
jaminan kualitas bibit yang baik, bebas hama dan penyakit
Lokasi
dan Bentuk Pembibitan
1. Kebun
bibit desa sebaiknyya terletak di lahan milik desa, atau kelompok tani
2. Luas
lahannya cukup dan memiliki sumber air sepanjang waktu
3. Kebun
bibit bisa di lahan terbuka dalam bedengan atau pun bibit dalam pot, poli bag
khususnya untuk bibit tanaman buah
4. Kebun
bibit bisa tertutup, dengan bangunan rumah plastic, rumah jarring atau rumah
bilah bamboo terutama diperuntukan bagi jenis bibit tanaman yang rentan
terhadap gangguan lingkungan (angin, hujan, panas) juga gangguan hama dan
penyakit.
Syarat Kebun
Pembibitan
1. Lahannya
relatif subur, jika tidak subur maka menggunakan tanah tanah tambahan dan
pembibitan sebaiknya dilakukan dalam wadah.
2. Drainase
tanah baik, tidak menggenang
3. Tersedia
atau dekat dengan sumber air, baik air tanah (sumur) atau air permukaan (sungai
kecil, kolam, situ, dll).
4. Lokasi
relatif terbuka, matahari leluasa menyinari. Beberapa jenis tanaman sewaktu
kondisi bibit memerlukan cahaya tidak langsung, berarti perlu naungan.
5. Tersedia
bahan campuran media yang baik: tanah, pasir, peatmoss, sekam dan sekam bakar,
kompos, pupuk kandang.
T Tersedia peralatan yang memadai: cangkul,
garpu, kored, sekop, pot berbagai ukuran, polibag berbagai ukuran, gunting
pangkas, gunting stek, pisau okulasi, bak plastik untuk perkecambahan, selang
air, embrat, ember dll
6.