Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu
hasil budidaya ikan yang kaya akan gizi. Ikan lele (Clarias spp.)
merupakan ikan air tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti
rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh, dan tempat
berlumpur yang kekurangan oksigen.
Hal
ini dimungkinkan karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan, yakni arborecent.
Ikan lele dapat pula dipelihara di tambak air payau asal kadar garamnya tidak
terlalu tinggi Ikan lele termasuk dalam famili Claridae dan sering juga disebut
mud fish atau cat fish. Di Indonesia, ikan lele dikenal dengan
beberapa nama daerah, seperti ikan maut (Sumatera Utara dan Aceh), keling
(Sulawesi Selatan), dan cepi (Bugis).
Lele
adalah komoditas budidaya perikanan global. Lele diekspor ke seluruh dunia
dalam bentuk daging sayat (fillet), utuh (whole around) tanpa
kepala (head less) tanpa insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan
daging halus (surimi). Permintaan pasar ekspor adalah lele berukuran
sekitar 500 g/ekor (2 ekor/kg)
Di
dalam negeri warung tenda pecel lele telah merambah ke seluruh pelosok tanah
air dari Aceh hingga Papua, restoran franchise (waralaba) lele tersebar
di berbagai kota besar, umumnya disajikan dengan digoreng utuh ukuran 100 g –
125 g (8 – 10 ekor/kg). Pecel lele menjadi menu harian rakyat, dari pilot
odong-odong sampai pilot pesawat terbang dari mantri hingga menteri, semua
suka. Restoran lele bersaing bukan dari rasa lelenya saja tapi juga dari
lalapan dan sambalnya yang sedap tanpa micin. Makan lele sangat disukai karena
praktis bisa pakai tangan, tidak banyak duri dan pasti masih sangat segar. Oleh
karena itu, pangsa pasar lele selalu meningkat.
Permasalahan
budidaya lele bukan pada ketahanan pangan (food security) tetapi lebih
kepada keamanan pangan (food safety) dan citra pangan (food image).
Pada
kondisi permintaan seperti sekarang ini budidaya lele tidak boleh dilakukan
dengan :
- Kolam comberan
- Kolam tempat pembuangan limbah rumah tangga/septic tank.
- Memberi pakan bangkai, kotoran hewan dan lain-lain secara langsung tanpa melalui proses keamanan pakan dan kesehatan terlebih dahulu.
- Lele lokal (Clarias batrachus) : biasanya tangkapan dari alam, hasil dari budidaya jumlahnya sangat sedikit
- Lele dumbo : hasil kawin silang antara lele Afrika Clarias gariepenus dengan lele Taiwan Clarias fuscus
- Lele phyton : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina dari Thailand (F2d89CPP) dengan lele dumbo F6 jantan asal indonesia
- Lele sangkuriang 1 : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina indonesia dengan F6 jantan Indonesia menghasilkan F2 F6 jantan, selanjutnya F2 F6 jantan dikawinkan dengan F2 betina lain, anaknya disebut lele sangkuriang. Tetapi lele sangkuriang jantan dikawinkan dengan sangkuriang betina hasilnya sudah bukan lele sangkuriang lagi.
- Lele sangkuriang 2 : dirilis tahun 2012 sama dengan lele sangkuriang 1 tetapi induk pokoknya asli Clarias gariepenus yang dikirim langsung dari Kenya tanpa dikawin silangkan dengan lele Taiwan (Clarias fuscus), tetapi dengan induk sesama Clarias gariepenus. Sangkuriang 2 ini pertumbuhannya lebih cepat daripada lele sangkuriang 1.
PEMBESARAN
LELE DI KOLAM TERPAL
Teknologi
kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama kali ditemukan
dan diujicobakan pada tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi,
Jawa Barat. Tujuannya adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa
banjir. Kini, budidaya terpal telah berkembang di beberapa daerah dan
penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele, tetapi juga gurame (Osphronemus
gouramy), patin (Pangasius nilotica), belut (Monopterus albus),
lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.
A. Lokasi untuk Kolam Terpal
Kolam
terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang diterapkan pada
lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous, terutama
tanah berpasir. Artinya kolam terpal merupakan salah satu solusi untuk
pengembangan budidaya ikan di lahan kritis dan sempit.
Manfaat
lahan sempit atau kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu beberapa
pertimbangan, antara lain :
1.
Pertimbangan teknis
Kolam
terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah, bekas
garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan
dalam membangun kolam terpal adalah sebagai berikut :
a)
Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat berasal
dari air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak
digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai,
saluran irigasi, waduk, atau danau.
b)
Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk
budidaya ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl (diatas permukaan
laut) .
c)
Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait
dengan kedalaman air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok dipelihara pada
kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam
dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm.
d)
Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula kerangka yang
digunakan tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek. Bila tanah
tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang atau sekam
padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan dapat menstabilkan suhu.
e)
Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu dipikirkan
penanganan limbah air kolam. Perlu diupayakan penampungan untuk buangan air
limbah sehingga air limbah dari pemeliharran ikan dapat di olah lebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat pula membangun bak atau
sumur resapan untuk menampung limbah yang di buang, atau membangun saluran
permanen, yang terhubung langsung dengan sungai atau kanal besar.
2. Pertimbangan sosial – ekonomi
Budidaya
ikan lele di kolam terpal juga perlu pertimbangan faktor sosial- ekonomi, antara lain :
a)
Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah lokasi
sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan, namun
sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat merugikan.
b)
Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan
memperoleh induk atau benih.
c)
Tersedia sarana dan prasaran trasportasi yang memadai untuk memudahkan
pengadaan alat, bahan, trasportasi benih, hasil panen dan lain-lain.
d)
Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah.
e)
Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik baik pasar lokal maupun
pasar ekspor, serta harga yang cukup memadai.
f)
Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun gangguan
manusia (pencurian). Atau ada cara efektif untuk mengatasi gangguan tersebut.
g)
Adanya sumber energi listrik untuk penerangan dan kebutuhan lainya.
h)
Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, misalnya permodalan dan lain-lain.
Untuk petani ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis dan
pemasaran hasil.
B.
Cara Membuat Kolam Terpal
Sesuai
dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya dari
bagian dasar hingga sisa-sisa dindingnya menggunakan bahan utama berupa terpal.
Selain berbentuk kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga dapat
berbentuk bak, tetapi disokong dengan kerangka dari bambu, kayu, atau besi.
Jika
dibandingkan dengan kolam lain (misalnya, kolam tembok), kolam terpal lebih
praktis, harganya terjangkau, dan dapat dipindahkan karena tidak permanen.
Sewaktu-waktu, pemilik kolam atau pemilik tanah juga dapat mengalihfungsikan
lokasi tersebut. Biaya pembongkaran kolam terpal juga tidak mahal dan mudah
membongkarnya.
1. Jenis kolam terpal
Berdasarkan
peletakannya, kolam terpal terdiri dari :
a.
Kolam terpal di atas permukaan tanah.
Kolam
terpal di atas permukaan tanah adalah kolam yang di bangun/dibuat diatas
permukaan tanah tanpa menggali atau melubangi permukaan tanahnya. Kolam terpal
jenis ini lebih cocok dibangun di lahan yang miskin air, di tanah relatif
datar, dan di tanah berpasir, tetapi luasnya mencukupi. Konstruksi kolam yang
dibangun di atas permukaan tanah dapat menggunakan kerangka dari bambu, kayu,
pipa besi, atau batako/batu bata.
b.
Kolam terpal di bawah permukaan tanah
Kolam
terpal di bawah permukaan tanah adalah kolam yang dibangun/dibuat di bawah permukaan
tanah, yang dalam pembuatanya harus melubangi atau menggali tanah untuk memendam
sebagian atau seluruh kolam terpal. Bila kolam terpal yang dimasukkan ke
dalamhanya sebagian saja maka keliling kolamnya harus diberi kerangka dari
kayu, bambu, besi, atau batu bata untuk menyangga sisi atau tepi kolam. Jika
kolam ditanam seluruhnya dalam tanah maka terpal harus diikat dengan pasak di
sepanjang tepian lubang atau pada ujung terpal dilipat dan ditindih dengan batu
bata, kayu, atau pot tanaman. Kolam terpal di bawah permukaan tanah, selain
berfungsi menghemat air agar tidak merembes, juga mencegah berbagai organisme
tanah yang melubangi kolam. Suhu air pada kolam terpal yang dibangun di bawah
permukaan tanah juga lebih stabil. Berdasarkan bahan dan cara membuatnya,
terutama
dinding atau kerangka kolam, ada beberapa jenis kolam terpal, antara lain :
a.
Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, atau besi.
b.
Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata.
c.
Kolam terpal dengan dinding tanah.
d.
Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Kolam
a dan b merupakan kolam di atas permukaan tanah, kolam c adalah kolam di bawah
permukaan tanah, sedangkan kolam d dapat beruba kolam di bawah permukaan tanah
atau di atas permukaan tanah.
2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan
untuk membangun/membuat kolam terpal mudah didapatkan di toko bahan bangunan.
Demikian pula alat-alat tersebut merupakan alat-alat yang umum digunakan dalam
rumah tangga. Berikut beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat
kolam terpal.
a.
Plastik terpal
Bahan
utama dalam membangun/membuat kolam terpal adalah plastik terpal. Jenis terpal
yang digunakan untuk membangun kolam terpal adalah terpal untuk atap tenda,
terpal untuk menutup barang di atas mobil, atau plastik yang sering digunakan
petani untuk menjemur padi dan jagung. Prinsipnya, terpal atau plastik yang
dipilih haruslah memiliki ketebalan yang memadai dan mampu menahan tekanan air.
Ketebalan terpal yang biasa digunakan adalah berukuran A5 dan A6 dengan masa
pemakaian mencapai 5 tahun.
b.
Kayu, bambu, atau pipa
Untuk
membuat kerangka kolam,terutama kolam terpal yang dibangun di atas permukaan
tanah, dibutuhkan kayu, bambu, atau pipa. Bambu sudah umum digunakan sebagai
kerangka kolam terpal. Untuk tiang, sebaiknya digunakan bambu bulat, sedangkan
untuk penyangga horisontal dapat berupa bambu yang dibelah.
c.
Papan, seng, atau asbes
Pembuatan
kolam terpal memanfaatkan berbagai bahan yang tersedia sehingga melahirkan
berbagai bentuk/model kolam sesuai dengan bahan tersebut. Ada kolam yang
seluruh kerangkanya, baik tiang tegak maupun horisontal berupa bambu atau kayu.
Ada juga kolam yang tiang kerangka dari kayu, kemudian dengan menggunakan papan
membuat dinding kolam. Dinding kolam juga dapat menggunakan bambu, seng bekas,
atau asbes.
d.
Pipa paralon
Untuk
mengatur ketinggian air dan memudahkan pengeringan kolam, diperlukan pipa atau selang
sebagai saluran pembuangan. Pipa paralon atau pipa PVC umum digunakan sebagai
saluran. Untuk kolam terpal berukuran 4 x 6 m, dapat menggunakan pipa paralpon
berdiameter 4 inci. Bila kolam yang dibangun lebih kecil, cukup menggunakan
pipa paralon 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi dengan bengkokan pipa
(knee)
e.
Paku kawat, dan tali
Paku,
kawat, dan tali berfungsi sebagai bahan untuk menyambung atau memperkuat
kerangka kolam pada saat di bangun.
f.
Alat kerja
Untuk
membuat kolam terpal, dibutuhkan berbagai peralatan sesuai kebutuhan, seperti
gergaji, parang, pahat, palu dan gunting. Untuk menggali tanah saat membangun
kolam terpal di bawah permukaan tanah, di butuhkan cangkul, sekop, dan linggis.
1. Kolam
terpal dengan kerangka bambu atau kayu
Kolam
terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah kolam terpal yang dibuat diatas
permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia.
Umumnya, kolam yang dibuat disesuaikan dengan ukuran terpal, misalnya ukuran
kolam 2 x 3 x 1 m, 4 x 5 x 1 m, 6 x 4 x 1 m, atau 4 x 8 x 1 m. Langkah-langkah
pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah sebagai berikut :
a.
Persiapan lahan untuk kolam terpal, bersihkan dari benda-benda yang menggangu
(misalnya, rumput dan pepohonan yang rimbun), dan ratakan tanah.
b.
Jika tanah tidak rata karena miring maka tanah diratakan dengan menggunakan
pelepah pisang atau sekam padi. Selain dapat berfungsi untuk meratakan tanah,
kedua bahan tersebut juga dapat menstablikan suhu.
c.
Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu, kemudian tancapkan tiang utama
disetiap sudut kolam.
d.
Untuk pembuatan kerangka, bambu atau kayu yang telah dipilih dapat di
potong-potong sesuai ukuran kolam terpal yang akan dibuat. Untuk menyatukan
kerangka ke tiang, digunakan paku berukuran 7 atau 9 cm. Dapat pula mengikatnya
dengan menggunakan tali atau kawat.
e.
Untuk membuat dinding, dapat menggunakan bambu, kayu, atau papan. Bahan
dibersihkan dan dipotong sesuai ukuran, kemudian dipakukan pada kerangka.
f.
Jika kerangka sudah terbentuk, misalnya kotak berukuran 6 x 4 x 1 m maka perlu
diatur kemiringan ke salah saru untuk memudahkan pengeringan kolam dan
pemanenan ikan.
g.
Setelah kerangka kolam terpal selesai, selanjutnya memasang plstik terpal.
Siapkan terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam yang berukuran 6 x 4 x 1 m,
digunakan terpal 8 x 6 m, sedangkan untuk kolam ukuran 4 x 5 x 1 m, digunakan
terpal ukuran 6 x 7 m. Terpal dipasang dengan baik hingga merapat ke tepi.
Bagian sudut dapat dilipat.
h.
Pada salah satu sudut yang telah di atur kemiringannya, dipasang paralon
sebagai saluran pembuangan air. Terpal disobek sedikit dengan cara
mengguntingnya berbentuk bintang agar dapat dipasang bengkokan pipa (knee)
i.
Selanjutnya, kolam terpal diisi dengan
kebutuhan pemeliharaan ikan. Kolam terpal diperiksa untuk memastikan bahwa
kolam telah kokoh dan tidak ada kebocoran pada terpal.
2. Kolam
terpal dengan kerangka pipa atau besi
Kolam
terpal dengan kerangka pipa atau besi juga merupakan kolam terpal di atas
permukaan tanah. Pembuatan kolam dengan kerangka pipa atau besi mirip pembuatan
kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu. Teknik pembuatanya saja yang
sedikit berbeda. Berikut dikemukakan urutan pembuatan kolam terpal dengan
kerangka pipa atau besi.
a.
Lahan dipersiapkan dan tanah diratakan sebagamana pembuatan kolam dengan kerang
bambu atau kayu
b.
Jika menggunakan pipa ledeng maka penyambungan pipa harus menggunakan bengkokan
pipa. Bila menggunakan besi siku, dapat dilakukan dengan menggunakan cara gilas
c.
Kerangka yang sudah terbentuk selanjutnya di pasangi dinding dari kawat anyam,
kemudian dipasangi plastik terpal
d.
Selanjutnya dipasangi pipa paralon atau PVC
3. Kolam
terpal dengan dinding batako
Kolam
terpal dengan dinding batako atau batu bata juga merupakan kolam terpal diatas
permukaan tanah. Pembuatan kolam terpal seperti ini sangat sederhana karena
hanya membutuhkan dinding penahan berupa batako atau batu bata. Pembuatan kolam
terpal dengan batako atau batu bata sangat mudah karena hanya menyusun batako.
Berikut urutan pembuatannya.
a.
Lahan dipersiapkan dan ditanam diratakan sebagaimana pembuatan kolam terpal
pada no 1 dan 2
b.
Selanjutnya, batako atau batu bata disusun membentuk fundasi atau pematang
kolam dengan ketinggian yang diinginkan. Lebar susunan batako yang baik minimal
40 cm
c.
Jika kolam sudah terbentuk selanjutnya, dipasangi plastik terpal. Ujung terpal
menutupi bagian atas fundasi atau pematang kolam (susunan batako), kemudian
ditindih lagi dengan batko atau pot tanaman selain berfunsi untuk menahan
terpal
d.
Selanjutnya, dipasangi pipa paralon atau PVC dan siap diisi air
4. Kolam
terpal dengan dinding tanah
Kolam
terpal dengan dinding tanah adalah kolam terpal dibawah permukaan tanah.
Biasanya kolam terpal ini di bangun pada tanah yang porous. Kelebihan
kolam ini adalah suhu air lebih stabil dibandingkan kolam terpal yang dibangun
diatas permukaan tanah. Urutan-urutan pembuat kolam terpal dengan dinding tanah
adalah sebagai berikut :
a.
Siapkan lahan untuk kolam terpal dan bersihkan dari benda-benda yang mengganggu
misalnya rumput, pepohonan yang rimbun.
b.
Jika ingin membuat kolam terpal 6x4 m maka perlu dilakukan penggalian tanah
sedalam 50-60 cm. Rapihkan galian dan bentuk pematang
c.
Jika kolam sudah terbentuk maka plastik terpal ukuran 8x6 m siap dipasang.
Pasang terpal hingga merapat ke tepi bagian atas terpal dapat dijepit atau
ditimbun dengan tanah agar tidak terkulai.
d.
Selanjutnya, pasang pipa paralon atau PVC dan siap diisi air
e.
Untuk mencegah kolam dari banjir ketika terjadi hujan deras dibuat tanggul
penahan yang tinggi.
5. Kolam
beton atau kolam tanah berlapis terpal
Kolam
beton atau berlapis tanah atau terpal dapat berupa kolam yang dibangun di atas
permukaan tanah atau di bawa permukaan tanah. Kolam beton yang berlapisi
plastik biasanya mengalami retak atau bocor, sedangka tanah yang dilapisi
plastik biasanya tanahnya porous atau kolam yang bocor. Berikut cara membuat
kolam beton atau kolam tanah yang berlapis terpal.
a.
Tentukan kolam yang dilapisi terpal dan lapisi dari benda-benda yang dianggap
menganggu.
b.
Pastikan didalam kolam tidak terdapat air saat hendak memasang terpal sehingga
saat dipasang terpal tidak menggelembung
c.
Ukuran kolam biasanya sangat luas sehingga terpal yang tersedia tidak sesuai.
Untuk mengatasinya, terpal dapat disambung dengan menggunakan lem atau pres.
d.
Pasang terpal hingga merapat ke tepi, lalu lipat dibagian sudutnya sehingga
tampak rapi. Bagian atas terpal dijepit dengan kayu atau ditindih dengan
batako.
e.
Pasang pipa paralon PVC yang telah ditentukan dan kolam siap diisi air.
C.
Pakan Buatan
Jika
bahan baku cukup tersedia sepanjang tahun, petani bisa membuat pakan sendiri
secara perorangan atau kelompok. Pakan buatan yang dikeluarkan oleh pabrik
dengan harga yang bervariasi dan tergantung dari kandungan proteinnya.
1.
Buatan pabrik
Pakan
yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pellet dengan ukuran yang
bervariasi. Saat ini negara kita cukup banyak pabrik yang memproduksi pelet.
Protein yang terkandung dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik
yang memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pelet tersebut. Ada
dua macam pelet, yakni pelet terapung dan pellet tenggelam. Pelet terapung
adalah pelet yang jika diberikan kepada ikan, beberapa saat akan terapung di
atas air kolam, sedangkan pelet tenggelam jika diberikan kepada ikan biasanya
langsung tenggelam atau melayang beberapa saat di dalam air.
2.
Buatan sendiri
Pakan
buatan sendiri, sepanjang bahan baku tersedia, dapat dibuat oleh pelaku utama
atau kelompok pelaku utama. Peralatan yang digunakan cukup sederhana, yang
penting adalah alat pencetak atau penggiling daging yang diputar dengan tangan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan harus mengandung protein,
karbohidrat, mineral, dan vitamin. Protein dapat berasal dari dedak halus atau
ampas tahu. Vitamin dan mineral jumlahnya tidak terlalu banyak dan bisa
diperoleh di toko-toko yang menjual pakan ternak.
D.
Pakan Alternatif
Pakan
alternatif adalah pakan jenis lain yang dapat diberikan kepada ikan lele pada
kegiatan pembesaran. Pakan tersebut bukan makanan buatan pabrik atau buatan
petani, tetapi pakan yang dibuat dengan memenfaatkan sisa-sisa industri
peternakan, limbah pemindangan, ikan rucah, atau berupa hama-hama yang
menyerang tanaman padi, seperti keong mas. Kelemahan pakan alternatif terdapat
saat pemberiannya, yakni kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan buatan
seperti pellet.
1.
Limbah peternakan
Bagi
para petani lele yang lokasi budidayanya dekat dengan usaha peternakan ayam
atau budidaya tersebut terpadu, yakni antara budidaya lele dan ayam, usaha
pembesaran lele akan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan pakan yang
dibutuhkan lele cukup dengan memanfaatkan limbah peternakan ayam tersebut.
Pakan berupa bangkai ayam sebaiknya tidak diberikan secara langsung. Bulu-bulu
ayam harus dibuang dengan cara dibakar atau direbus. Jika ayam yang akan
diberikan terlebih dulu dibakar, dikhawatirkan bagian dalam perut daging ayam
tidak akan masak, tetapi jika direbus, semua organ ayam akan masak, termasuk
bagian dalamnya. Jika pakan banyak yang tersisa dan membusuk, kualitas air bisa
menurun.
2. Ikan
rucah
Ikan
rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang tidak dikonsumsi manusia
merupakan salah satu pakan yang disukai lele. Ikan rucah banyak sekali ditemui
di daerah pantai, terutama di daerah yang dekat dengan pelelangan ikan. Harga
ikan ini relatif murah dan terjangkau para pembudidaya lele. Jika berukuran
kecil dan tidak banyak mengandung duri atau tulang, ikan rucah dapat diberikan
langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, jika banyak mengandung tulang
atau duri, sebelum diberikan ikan rucah harus direbus terlebih dahulu setengah
masak untuk memisahkan daging dengan tulang atau durinya. Dedak halus dapat
ditambahkan untuk menambah gizinya. Pakan selanjutnya ditebarkan secara
langsung atau dengan cara disimpan menggunakan wadah, seperti ayakan yang
ditempatkan beberapa buah di bawah permukaan air.
3. Mogot
Ulat
mogot adalah biokonversi dari bungkil kelapa sawit. Biokonversi adalah merubah
bentuk dari produk/limbah produk/ampas agar mendapatkan nilai optimal melalui
proses biologi. Penggunaan ampas kelapa sawit untuk dijadikan mogot dilakukan
melalui proses fermentasi. Fermentasi ampas akan menarik lalat hutan (Hermetia
illucens) meletakkan telurnya. Ulat mogot menetas dari telur-telur tersebut
dan dijadikan pakan lele yang proteinnya sangat tinggi dan sangat disukai lele.
4. Keong
mas atau bekicot
Pakan
alternatif lain yang dapat diberikan kepada lele adalah daging keong mas atau
daging bekicot. Kedua jenis hewan tersebut umumnya merupakan musuh para petani,
karena menyerang tanaman padi milik para petani. Dengan demikian, sebetulnya
memanfaatkan keong mas sebagai makanan ikan lele berarti ikut pula membantu
petani dalam memberantas hama tanaman padi.
Keong
mas atau bekicot tidak dapat diberikan langsung, tetapi harus dipisahkan daging
dengan cangkangnya terlebih dulu. Caranya cukup mudah, yakni dengan merebus
keong mas beberapa menit di dalam wadah tertentu, kemudian satu per satu
dagingnya dicongkel menggunakan alat yang runcing, sehingga terpisah dari
cangkangnya. Cara lainnya dengan memecahkan cangkangnya, kemudian mengambil
dagingnya.
E.
Pemberian Pakan
Kegiatan
budidaya lele dilakukan untuk menghasilkan lele konsumsi, permintaan dalam
negeri biasanya berukuran 8-10 ekor/kg, sedangkan untuk ekspor rata-rata
sekitar 2 ekor/kg.
Jumlah
benihnya yang di tebar rata-rata 100-300 ekor/m2 dengan kedalaman air sekitar
80-100 cm bisa sampai 500 ekor/m2 dengan pemberian probiotik. Lele diberi pakan
pellet 3-4% dari bobot biomasa diberikan 2-3 kali sehari.
Pellet
yang diberikan kepada lele minimal mengandung protein 20%. Pakan dengan
kandungan protein 25-28% cukup memadai untuk memacu pertumbuhan lele. Karena
lele adalah ikan yang rakus maka dapat pula diberikan pakan tambahan berupa
daging bekicot, ikan rucah, bangkai ayam yang telah direbus atau dibakar, dan
daging hewan lainnya. Selama 2,5 bulan pemeliharaan, ikan dapat mencapai ukuran
8-12ekor/kg.
Agar
membuat ikan kebal terhadap serangan penyakit, dapat digunakan vitamin C dosis
250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Atau menggunakan probiotik
sebagai imunostimulan, misalnya lipo polisakarida 10 mg/l untuk mempertahankan
stamina ikan.
Sebagaimana
pendederan, kolam terpal pada pembesaran juga harus dijaga kebersihannya
sehingga tidak menjadi sarang penyakit. Sisa pakan dan kotoran ikan di dasar
kolam terpal secara rutin dibersihkan dengan melakukan penyifonan setiap 20-30
hari sekali.
1. Waktu
pemberian pakan
Waktu
pemberian pakan dapat dilakukan pada pagi, siang, sore, atau malam hari, hanya
frekuensinya yang berbeda. Pemeberian pakan yang teratur dimaksudkan untuk mendisiplinkan
waktu makan ikan. Umumnya, ikan yang sudah biasa diberi pakan pada pagi atau
sore hari akan merasa lapar pada pagi atau sore hari juga. Begitu juga dengan
ikan yang diberi pakan pada siang atau malam hari, akan memerlukan pakan pada
siang dan malam hari juga. Dengan membiasakan pemberian pakan pada waktu yang
tepat dan teratur, nafsu makan ikan dapat diketahui. Tentu saja, pakan lebih
efisien karena pakan yang diberikan langsung dilahap habis.
2.
Jumlah (porsi) pakan
Jumlah
pakan adalah porsi atau banyaknya pakan yang dibutuhkan dan harus diberikan
pada ikan. Biasanya, dihitung dalam persen (%) per hari berat (bobot)
keseluruhan jumlah ikan dalam kolam. Persentase pakan untuk ikan harus
benar-benar diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu patokan saja. Patokan
yang ada kadang tidak terlalu tepat karena pada umur atau ukuran tertentu
membutuhkan jumlah atau porsi yang pakan berbeda-beda.
Ikan
lele membutuhkan pakan 15-3% per berat total ikan dalam kolam, tergantung dari
ukuran ikan.pada umur 20-3- hari, lele membutuhkan pakan 90 hari ke atas,
membutuhkan pakan sebanyak 4-3% bobot tubuh/hari. Pakan yang diberikan harus
berkualitas baik. Minimal mengandung 25% protein.
Berdasarkan
kenyataan tersebut, lebih tepat jika setiap minggu atau setiap 2 minggu sekali
pembudidaya melakukan pengamatan jumlah pakan yang dibutuhkan per bobot
biomassa (ikan). Pengamatan ini dapat dilakukan saat sedang memberi pakan ikan.
Caranya, bila ikan sudah terlihat kenyang, pemberian pakan dihentikan dan
hitung jumlah kilogram pakan yang diberikan dalam sehari (A). selanjutnya
tangkap beberapa ikan sampel (cukup 10-15 ekor), kemudian dihitung bobot
rata-ratanya. Dengan mengalikan bobot rata-rata ikan dengan jumlah keseluruhan
ikan di dalam kolam, dapat dihitung bobot ikan dalam wadah (B). selanjutnya,
dengan rumus A/B x 100%, dapat diketahui persentase pakan yang harus
diberikan/dibutuhkan (C%).
Selama
kebutuhan porsi pakannya tetap, ikan boleh diberi pakan dengan porsi C% dari
total berat ikan. Minggu minggu selanjutnya, porsi pakan dapat berubah naik
atau turun sehingga porsi apakan yang diberikan juga harus diubah sesuai
kenaikan dan penurunnya. Bagi pembudidaya ikan atau teknisi yang berpengalaman,
jumlah pakan untuk ikan selalu berpatokan pada saat ikan-ikan terlihat kenyang
(dihentikan kira-kira 15 menit setelah ikan-ikan tidak mau makan).
3.
Frekuensi pemberian pakan
Frekuensi
pemberian pakan adalah kekerapan waktu pemberian pakan dalam sehari, mungkin 1
kali, 2 kali, 3 kali atau lebih sering lagi. Frekuensi pemberian pakan ini
berhubungan dangan frekuensi lapar ikan. Kadang kekrapan frekueinsi pemberian
pakan ini sengaja diatur untuk memacu pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sedikit
demi sedikit, namun dengan ferekuensi yang lebih sering, akan membuat ikan tidak
lekas kenyang dan nafsu makan ikan tetap terjaga. Dengan demikian ,jumlan atau
porsi pakan yang dimakan ikan dapat lebih banyak sehingga pertumbuhan ikan
lebih cepat.
4.
Tempat pemberian pakan
Tempat
pemberian pakan adalah letak atau posisi pakan itu harus diberikan. Pakan itu
dapat diberikan pada satu tempat, selain untuk menjamin semua ikan mendapatkan
pakan dalam porsi yang cukup. Letak pemberian pakan yang tepat juga dimaksudkan
untuk mengefisienkan jumlah pakan yang diberikan.
Ikan
selalu mengingat waktu dan tempat dimana setiap kali diberi pakan. Oleh karena
itu, ikan-ikan akan menunggu ditempat pemberian pakan bila tiba waktu pembarian
pakan. Dengan mendisiplinkan ikan dalam pemberian pakan, baik waktu maupun
tempat, pakan dapat dimanfaatkan secara efisien.
Untuk
mengefisienkan pemberian pakan, menjaga lingkungan hidup tetap baik (tidak
terjadi penimbunan pakan didasar kolam), serta menekan biaya produksi dan untuk
menghindari kerugian yang lebih besar yang akhirnya dapat mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya, penerapan teknik pecan ikan yang tepat harus benar-benar
dilakukan.
F.
Penanggulangan Hama dan Penyakit
Salah
satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya lele adalah serangan
hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak
sebesar serangan penyakit. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif
dibandingkan dengan pengobatan. Para petani yang baru bergerak dibidang
budidaya lele, tentu akan mengalami kesulitan dalam menanggulangi serangan hama
dan penyakit. Karena itu perlu tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit.
1.
Penanggulangan Hama
Hama
adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan mempengaruhi
produktivitas, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama ini biasanya
memangsa telur hingga lele dewasa. Hama masuk ke dalam kolam lewat tiga cara,
yakni lewat air (ikan liar, belut, katak), lewat darat (ular, katak), dan lewat
udara (burung).
Beberapa
cara yang dilakukan untuk mencegah serangan hama :
a.
Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya
dosis pemakaiannya diperharikan atau dipatuhi.
b.
Pada pintu pemasukan dipasang saringan atau kain kasa agar hama tidak masuk ke
dalam kolam.
c.
Untuk hama yang masuk lewat udara, pencegahannya dilakukan dengan memasang
jaring di atas kolam.
Selain
hama, gulma yang tumbuh di permukaan air kolam juga harus dibersihkan karena
bisa menjadi saingan dalam memperebutkan unsur hara yang sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan plankton. Selain itu, gulma juga menghalangi masuknya sinar
matahari dan menyulitkan saat pemanenan.
2.
Penanggulangan Penyakit
Penyakit
dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh lele
sehingga organ tubuh lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh
terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh lele. Kemudian penyakit
akan timbul jika terjadi ketidak-seimbangan antara kondisi lele, lingkungan,
dan patogen. Lele yang kondisi tubuhnya buruk, sangat besar kemungkinan
terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat disebabkan berbagai hal,
seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang membuat lele
mengalami stress atau terjadi luka dan pendarahan pada tubuhnya.
Luka
dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik, terutama saat
panen dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian halnya dengan kondisi
lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di kolam
rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran baik oleh limbah industri
maupun rumah tangga.
a. Penyakit akibat bakteri
Bakteri
yang menyerang lele dumbo adalah bakteri Aeromonas dan bakteri Pseudomonas.
Kedua bakteri yang bentuknya menyerupai batang berukuran sangat kecil ini
menempel di kulit, mulut, dan sirip. Gejala penyakitnya adalah muncul luka di
kulit dan lama-kelamaan akan bernanah. Lele yang terserang bakteri selalu muncul
kepermukaan air dalam posisi vertikal atau tubuhnya berputar-putar dalam air.
Jika tidak ditanggulangi, penyakit akibat bakteri bisa menyebabkan kematian
massal.
Pengendalian
penyakit akibat bakteri dilakukan dengan mencampur pakan dengan antibiotik
seperti Chloramphe-nicol, Terramycin atau Oxsytetracycline. Dosisnya sebanyak
5-7,5 gram/100 kg pakan. Pemberian pakan yang telah dicampur antibiotik
dilakukan selama 5-15 hari. Selain itu, penanggulangan penyakit akibat bakteri
juga bisa dilakukan dengan menaburkan Furaltadone sebanyak 50 ppm/jam.
Furaltadone sangat efektif karena cepat diserap oleh kulit dan insang sehingga
bisa digunakan untuk pencegahan ataupun pengobatan lele dumbo yang terserang
bakteri.
b. Penyakit akibat jamur
Jamur
Saprolegnia dan jamur Achyla sering tumbuh pada lele yang
terluka. Kedua jamur ini bisa menyerang telur, larva, benih, dan lele dewasa.
Gejala serangan jamur dapat diketahui dan tumbuhnya serabut seperti kapas di
telur atau larva. Pada benih lele dumbo dewasa, serabut seperti kapas ini
tumbuh di kulit, mulut, dna kumis. Gejala lele yang terserang jamur terlihat
sering berputar-putar saat berenang.
Untuk
benih dan lele dumbo dewasa, pengendalian penyakit akibat jamur dilakukan
dengan mencampurkan fungisida Malachite Green Oxalate sebanyak 0,05-0,1 ppm ke
dalam air kolam. Sementara itu, untuk mencegah serangan jamur pada telur dan
larva dilakukan dengan merendam induk betina ke dalam larutan Wescodyner dengan
dosis 25 ppm. Perendaman dilakukan selama 5-10 menit, satu jam setelah induk
betina di-stripping. Selain itu, perendaman juga bisa dilakukan
menggunakan Malachite Green Oxalate yang bebas seng dengan dosis 0,10-0,20 ppm
selama satu jam, atau dengan dosis 5-10 ppm selama 15 menit.
c. Penyakit akibat parasit Parasit penyebab penyakit pada lele adalah protozoa (jenis Costia, Chilodonella, dna Trichodina) dan trematoda (jenis Dactylogyrus dan Gyrodactylus). Gejala serangan parasit dapat diketahui dari munculnya lapisan lendir berwarna kelabu di kulit lele dumbo. Lele yang terserang penyakit sering terlihat muncul ke permukaan air dengan posisi vertikal atau terlihat menggesek-gesekkan tubuh dan kepalanya ke pinggiran kolam. Penyakit akibat parasit bisa menyebabkan kematian massal pada lele dumbo. Penanggulangannya dilakukan dengan mencampurkan formalin sebanyak 25 ppm ke dalam air kolam.
PENUTUP
Ikan
lele telah menjadi tumpuan harapan dan menu utama makanan ikan rakyat Indonesia
maupun sebagai komoditas eksport. Tampaknya masyarakat pembudidaya lele telah
siap. Beberapa program untuk pemantapan lele sebagai primadona budidaya air
tawar telah digalakan oleh pemerintah antara lain :
- Minapolitan berbasis budidaya lele.
- Membuat minadesa lele.
- Pengembangan minapadi dengan lele sebagai minanya.
- Akuaponik dengan lele yang dipelihara di kolam.
- Kombinasi dengan peternakan sapi.
- Padat penebaran tinggi lebih dari 500 ekor/m2 dengan pemberian probiotik.
Penggunaan
probiotik pada budidaya perikanan telah menyelamatkan budidaya udang di tambak.
Pada budidaya lele kita dapat memanen 10-12 ekor/kg dalam tempo 40 hari (10-15
hari lebih singkat untuk hasil yang sama bila tanpa probiotik). Probiotik juga
dapat menurunkan konversi pakan menjadi sekitar 0,8 dari tanpa probiotik 1,1.
Artinya dengan probiotik hasil 1 kg ikan lele hanya perlu pakan 0,8 kg.
Penggunaan probiotik juga akan meningkatkan tingkat kelulusan hidup ikan lele.
Jenis-jenis probiotik yang beredar di pasar antara lain : SPF (Super
Plankton Fertilizer), Master Fish, Nature, Raja Grameh, Raja Lele, Nutrisi
Simba, Bendoz-A dan Pidas. Sebagai contoh, untuk kolam lele ukuran 64 m2 dengan
padat tebar 150 ekor/m2 gunakanlah 10 liter probiotik cair selama 2 bulan masa
budidaya. Aplikasi probiotik bisa dilakukan dengan memasukkan langsung ke dalam
kolam atau dicampur dengan pakan.
Disamping
itu, beberapa manfaat adanya budidaya lele antara lain :
- Limbah air pembuangan dari kolam pembesaran budidaya ikan lele yang siap dipanen bisa dialirkan ke kolam yang kurang produktuf untuk budidaya cacing sutra (tubifex) yang sangat dibutuhkan larva-benih ikan sebagai pakan alami.
- Air kolam lele sangat bermanfaat untuk mengairi pohon jeruk atau belimbing karena bisa membuat buahnya jauh lebih banyak dan lebih manis.
Selamat
mencoba.
DAFTAR PUSTAKA
AgroMedia. 2007. Berternak Lele Dumbo. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hal.
Bachtiar, Y., 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele
Dumbo. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 102 hal.
Hendriana, A. 2011. Pembesaran Lele di Kolam Terpal.
Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal
Hernowo dan S.R Suyanto 2010. Pembenihan dan
Pembesaran Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Khairuman dan K. Amri, 2002. Budidaya Lele Lokal
Secara Iintensif. PT AgroMedia Pustaka. Depok. 65 hal.
____________________, 2005. Budidaya Lele Dumbo
Secara Intensif. PT AgroMedia Pustaka. Depok. 79 hal.
____________________, 2008. Budidaya Ikan Lele
Dumbo Secara Intensif. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 79 hal.
Kordi, M. G.H.K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam
Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. 114 hal.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis
Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 171 hal.
____________, 2011. Pembesaran Lele di Berbagai
Wadah Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.
Mulyana, D.Y. 2011. Kaya Raya dari Budidaya Ikan
dengan PROBIOTIK. Berlian Media. Yogyakarta. 87 hal.
Prihartono, R., E., J. Rasidik dan U. Arie. 2010. Mengatasi
Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Prasetya, B.W. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%.
Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hal.
Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi di Lahan
100 m2. Penebar
Swadaya. Jakarta. 171 hal.
__________ 2011. Budidaya Ikan di Kolam Terpal.
Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hal
SNI :
01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas
Induk Pokok (Parent Stock). BSN. Jakarta. 8 hal.
SNI : 01-6484.2-2000. Benih Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Benih Sebar. BSN. Jakarta. 5 hal.
SNI : 01-6484.3-2000. Produksi Induk Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta. 8 hal.
SNI : 01-6484.4-2000. Produksi Benih Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Benih Sebar. BSN. Jakarta. 6
hal.
SNI : 01-4087-2006. Pakan Buatan untuk Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) pada Budidaya Intensif. BSN. Jakarta. 12 hal.
Subandi, M. M. 2007. Panduan Menghitung Biaya Usaha
Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal.
Susanto, H. 2009. Kolam Ikan. Penebar Swadaya.
Jakarta. 91 hal.
Warisno
dan K. Dahana. 2009. Meraup Untung Beternak Lele Sangkuriang. Lily
Publissher. Yogyakarta. 96 hal.
Ir.
H. IQRABI
PENYULUH PERIKANAN MADYA BKP3 KABUPATEN TAPIN