Membangun Bersama Menikmati Bersama Menuju Tapin Sejahtera

****************************Terwujudnya Kemandirian Pangan dan Petani Sejahtera ******************************************************Informasi Harga Komoditas Strategis pada Minggu III November 2016 ### 1. Beras (kg) : Rp ### 2. Jagung (Kg) : Rp ### 3. Kedelai (kg) : Rp ### 4. Bawang Merah (kg) : Rp ### 5. Cabe Rawit Hiyung (kg) : Rp ###

10/07/13

BUDIDAYA LELE DALAM KOLAM TERPAL


       Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu hasil budidaya ikan yang kaya akan gizi. Ikan  lele   (Clarias spp.) merupakan ikan air tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh, dan tempat berlumpur yang kekurangan oksigen.

Hal ini dimungkinkan karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan, yakni arborecent. Ikan lele dapat pula dipelihara di tambak air payau asal kadar garamnya tidak terlalu tinggi Ikan lele termasuk dalam famili Claridae dan sering juga disebut mud fish atau cat fish. Di Indonesia, ikan lele dikenal dengan beberapa nama daerah, seperti ikan maut (Sumatera Utara dan Aceh), keling (Sulawesi Selatan), dan cepi (Bugis).

Lele adalah komoditas budidaya perikanan global. Lele diekspor ke seluruh dunia dalam bentuk daging sayat (fillet), utuh (whole around) tanpa kepala (head less) tanpa insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan daging halus (surimi). Permintaan pasar ekspor adalah lele berukuran sekitar 500 g/ekor (2 ekor/kg)

 Di dalam negeri warung tenda pecel lele telah merambah ke seluruh pelosok tanah air dari Aceh hingga Papua, restoran franchise (waralaba) lele tersebar di berbagai kota besar, umumnya disajikan dengan digoreng utuh ukuran 100 g – 125 g (8 – 10 ekor/kg). Pecel lele menjadi menu harian rakyat, dari pilot odong-odong sampai pilot pesawat terbang dari mantri hingga menteri, semua suka. Restoran lele bersaing bukan dari rasa lelenya saja tapi juga dari lalapan dan sambalnya yang sedap tanpa micin. Makan lele sangat disukai karena praktis bisa pakai tangan, tidak banyak duri dan pasti masih sangat segar. Oleh karena itu, pangsa pasar lele selalu meningkat.

Permasalahan budidaya lele bukan pada ketahanan pangan (food security) tetapi lebih kepada keamanan pangan (food safety) dan citra pangan (food image).

Pada kondisi permintaan seperti sekarang ini budidaya lele tidak boleh dilakukan dengan :  
  • Kolam comberan 
  • Kolam tempat pembuangan limbah rumah tangga/septic tank. 
  • Memberi pakan bangkai, kotoran hewan dan lain-lain secara langsung tanpa melalui proses keamanan pakan dan kesehatan terlebih dahulu. 
     Jenis lele yang ada di pasaran saat ini ada beberapa macam yaitu 
  • Lele lokal (Clarias batrachus) : biasanya tangkapan dari alam, hasil dari budidaya jumlahnya sangat sedikit 
  • Lele dumbo : hasil kawin silang antara lele Afrika Clarias gariepenus dengan lele Taiwan Clarias fuscus 
  • Lele phyton : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina dari Thailand (F2d89CPP) dengan lele dumbo F6 jantan asal indonesia 
  • Lele sangkuriang 1 : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina indonesia dengan F6 jantan Indonesia menghasilkan F2 F6 jantan, selanjutnya F2 F6 jantan dikawinkan dengan F2 betina lain, anaknya disebut lele sangkuriang. Tetapi lele sangkuriang jantan dikawinkan dengan sangkuriang betina hasilnya sudah bukan lele sangkuriang lagi.
  • Lele sangkuriang 2 : dirilis tahun 2012 sama dengan lele sangkuriang 1 tetapi induk pokoknya asli Clarias gariepenus yang dikirim langsung dari Kenya tanpa dikawin silangkan dengan lele Taiwan (Clarias fuscus), tetapi dengan induk sesama Clarias gariepenus. Sangkuriang 2 ini pertumbuhannya lebih cepat daripada lele sangkuriang 1.



PEMBESARAN LELE DI KOLAM TERPAL

Teknologi kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama kali ditemukan dan diujicobakan pada tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi, Jawa Barat. Tujuannya adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir. Kini, budidaya terpal telah berkembang di beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele, tetapi juga gurame (Osphronemus gouramy), patin (Pangasius nilotica), belut (Monopterus albus), lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.

A.   Lokasi untuk Kolam Terpal
Kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang diterapkan pada lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous, terutama tanah berpasir. Artinya kolam terpal merupakan salah satu solusi untuk pengembangan budidaya ikan di lahan kritis dan sempit.
Manfaat lahan sempit atau kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu beberapa pertimbangan, antara lain :
1. Pertimbangan teknis
Kolam terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah, bekas garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan dalam membangun kolam terpal adalah sebagai berikut :
a) Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat berasal dari air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau.
b) Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budidaya ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl (diatas permukaan laut) .
c) Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait dengan kedalaman air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm.
d) Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula kerangka yang digunakan tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan dapat menstabilkan suhu.
e) Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu dipikirkan penanganan limbah air kolam. Perlu diupayakan penampungan untuk buangan air limbah sehingga air limbah dari pemeliharran ikan dapat di olah lebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat pula membangun bak atau sumur resapan untuk menampung limbah yang di buang, atau membangun saluran permanen, yang terhubung langsung dengan sungai atau kanal besar.
2. Pertimbangan sosial – ekonomi
Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu pertimbangan faktor sosial- ekonomi, antara lain :
a) Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah lokasi sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan, namun sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat merugikan.
b) Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan memperoleh induk atau benih.
c) Tersedia sarana dan prasaran trasportasi yang memadai untuk memudahkan pengadaan alat, bahan, trasportasi benih, hasil panen dan lain-lain.
d) Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah.
e) Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik baik pasar lokal maupun pasar ekspor, serta harga yang cukup memadai.
f) Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun gangguan manusia (pencurian). Atau ada cara efektif untuk mengatasi gangguan tersebut.
g) Adanya sumber energi listrik untuk penerangan dan kebutuhan lainya.
h) Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, misalnya permodalan dan lain-lain. Untuk petani ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis dan pemasaran hasil.
B. Cara Membuat Kolam Terpal
Sesuai dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya dari bagian dasar hingga sisa-sisa dindingnya menggunakan bahan utama berupa terpal. Selain berbentuk kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga dapat berbentuk bak, tetapi disokong dengan kerangka dari bambu, kayu, atau besi.
Jika dibandingkan dengan kolam lain (misalnya, kolam tembok), kolam terpal lebih praktis, harganya terjangkau, dan dapat dipindahkan karena tidak permanen. Sewaktu-waktu, pemilik kolam atau pemilik tanah juga dapat mengalihfungsikan lokasi tersebut. Biaya pembongkaran kolam terpal juga tidak mahal dan mudah membongkarnya.
1. Jenis kolam terpal
Berdasarkan peletakannya, kolam terpal terdiri dari :
a. Kolam terpal di atas permukaan tanah.
Kolam terpal di atas permukaan tanah adalah kolam yang di bangun/dibuat diatas permukaan tanah tanpa menggali atau melubangi permukaan tanahnya. Kolam terpal jenis ini lebih cocok dibangun di lahan yang miskin air, di tanah relatif datar, dan di tanah berpasir, tetapi luasnya mencukupi. Konstruksi kolam yang dibangun di atas permukaan tanah dapat menggunakan kerangka dari bambu, kayu, pipa besi, atau batako/batu bata.
b. Kolam terpal di bawah permukaan tanah
Kolam terpal di bawah permukaan tanah adalah kolam yang dibangun/dibuat di bawah permukaan tanah, yang dalam pembuatanya harus melubangi atau menggali tanah untuk memendam sebagian atau seluruh kolam terpal. Bila kolam terpal yang dimasukkan ke dalamhanya sebagian saja maka keliling kolamnya harus diberi kerangka dari kayu, bambu, besi, atau batu bata untuk menyangga sisi atau tepi kolam. Jika kolam ditanam seluruhnya dalam tanah maka terpal harus diikat dengan pasak di sepanjang tepian lubang atau pada ujung terpal dilipat dan ditindih dengan batu bata, kayu, atau pot tanaman. Kolam terpal di bawah permukaan tanah, selain berfungsi menghemat air agar tidak merembes, juga mencegah berbagai organisme tanah yang melubangi kolam. Suhu air pada kolam terpal yang dibangun di bawah permukaan tanah juga lebih stabil. Berdasarkan bahan dan cara membuatnya,
terutama dinding atau kerangka kolam, ada beberapa jenis kolam terpal, antara lain :
a. Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, atau besi.
b. Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata.
c. Kolam terpal dengan dinding tanah.
d. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Kolam a dan b merupakan kolam di atas permukaan tanah, kolam c adalah kolam di bawah permukaan tanah, sedangkan kolam d dapat beruba kolam di bawah permukaan tanah atau di atas permukaan tanah.

2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan untuk membangun/membuat kolam terpal mudah didapatkan di toko bahan bangunan. Demikian pula alat-alat tersebut merupakan alat-alat yang umum digunakan dalam rumah tangga. Berikut beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat kolam terpal.
            a. Plastik terpal
Bahan utama dalam membangun/membuat kolam terpal adalah plastik terpal. Jenis terpal yang digunakan untuk membangun kolam terpal adalah terpal untuk atap tenda, terpal untuk menutup barang di atas mobil, atau plastik yang sering digunakan petani untuk menjemur padi dan jagung. Prinsipnya, terpal atau plastik yang dipilih haruslah memiliki ketebalan yang memadai dan mampu menahan tekanan air. Ketebalan terpal yang biasa digunakan adalah berukuran A5 dan A6 dengan masa pemakaian mencapai 5 tahun.
            b. Kayu, bambu, atau pipa
Untuk membuat kerangka kolam,terutama kolam terpal yang dibangun di atas permukaan tanah, dibutuhkan kayu, bambu, atau pipa. Bambu sudah umum digunakan sebagai kerangka kolam terpal. Untuk tiang, sebaiknya digunakan bambu bulat, sedangkan untuk penyangga horisontal dapat berupa bambu yang dibelah.
           c. Papan, seng, atau asbes
Pembuatan kolam terpal memanfaatkan berbagai bahan yang tersedia sehingga melahirkan berbagai bentuk/model kolam sesuai dengan bahan tersebut. Ada kolam yang seluruh kerangkanya, baik tiang tegak maupun horisontal berupa bambu atau kayu. Ada juga kolam yang tiang kerangka dari kayu, kemudian dengan menggunakan papan membuat dinding kolam. Dinding kolam juga dapat menggunakan bambu, seng bekas, atau asbes.
            d. Pipa paralon
Untuk mengatur ketinggian air dan memudahkan pengeringan kolam, diperlukan pipa atau selang sebagai saluran pembuangan. Pipa paralon atau pipa PVC umum digunakan sebagai saluran. Untuk kolam terpal berukuran 4 x 6 m, dapat menggunakan pipa paralpon berdiameter 4 inci. Bila kolam yang dibangun lebih kecil, cukup menggunakan pipa paralon 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi dengan bengkokan pipa (knee)
            e. Paku kawat, dan tali
Paku, kawat, dan tali berfungsi sebagai bahan untuk menyambung atau memperkuat kerangka kolam pada saat di bangun.
           f. Alat kerja
Untuk membuat kolam terpal, dibutuhkan berbagai peralatan sesuai kebutuhan, seperti gergaji, parang, pahat, palu dan gunting. Untuk menggali tanah saat membangun kolam terpal di bawah permukaan tanah, di butuhkan cangkul, sekop, dan linggis.
1. Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu
Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah kolam terpal yang dibuat diatas permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Umumnya, kolam yang dibuat disesuaikan dengan ukuran terpal, misalnya ukuran kolam 2 x 3 x 1 m, 4 x 5 x 1 m, 6 x 4 x 1 m, atau 4 x 8 x 1 m. Langkah-langkah pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah sebagai berikut :
a. Persiapan lahan untuk kolam terpal, bersihkan dari benda-benda yang menggangu (misalnya, rumput dan pepohonan yang rimbun), dan ratakan tanah.
b. Jika tanah tidak rata karena miring maka tanah diratakan dengan menggunakan pelepah pisang atau sekam padi. Selain dapat berfungsi untuk meratakan tanah, kedua bahan tersebut juga dapat menstablikan suhu.
c. Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu, kemudian tancapkan tiang utama disetiap sudut kolam.
d. Untuk pembuatan kerangka, bambu atau kayu yang telah dipilih dapat di potong-potong sesuai ukuran kolam terpal yang akan dibuat. Untuk menyatukan kerangka ke tiang, digunakan paku berukuran 7 atau 9 cm. Dapat pula mengikatnya dengan menggunakan tali atau kawat.
e. Untuk membuat dinding, dapat menggunakan bambu, kayu, atau papan. Bahan dibersihkan dan dipotong sesuai ukuran, kemudian dipakukan pada kerangka.
f. Jika kerangka sudah terbentuk, misalnya kotak berukuran 6 x 4 x 1 m maka perlu diatur kemiringan ke salah saru untuk memudahkan pengeringan kolam dan pemanenan ikan.
g. Setelah kerangka kolam terpal selesai, selanjutnya memasang plstik terpal. Siapkan terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam yang berukuran 6 x 4 x 1 m, digunakan terpal 8 x 6 m, sedangkan untuk kolam ukuran 4 x 5 x 1 m, digunakan terpal ukuran 6 x 7 m. Terpal dipasang dengan baik hingga merapat ke tepi. Bagian sudut dapat dilipat.
h. Pada salah satu sudut yang telah di atur kemiringannya, dipasang paralon sebagai saluran pembuangan air. Terpal disobek sedikit dengan cara mengguntingnya berbentuk bintang agar dapat dipasang bengkokan pipa (knee)
i.  Selanjutnya, kolam terpal diisi dengan kebutuhan pemeliharaan ikan. Kolam terpal diperiksa untuk memastikan bahwa kolam telah kokoh dan tidak ada kebocoran pada terpal.
2. Kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi
Kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi juga merupakan kolam terpal di atas permukaan tanah. Pembuatan kolam dengan kerangka pipa atau besi mirip pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu. Teknik pembuatanya saja yang sedikit berbeda. Berikut dikemukakan urutan pembuatan kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi.
a. Lahan dipersiapkan dan tanah diratakan sebagamana pembuatan kolam dengan kerang bambu atau kayu
b. Jika menggunakan pipa ledeng maka penyambungan pipa harus menggunakan bengkokan pipa. Bila menggunakan besi siku, dapat dilakukan dengan menggunakan cara gilas
c. Kerangka yang sudah terbentuk selanjutnya di pasangi dinding dari kawat anyam, kemudian dipasangi plastik terpal
d. Selanjutnya dipasangi pipa paralon atau PVC
3. Kolam terpal dengan dinding batako
Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata juga merupakan kolam terpal diatas permukaan tanah. Pembuatan kolam terpal seperti ini sangat sederhana karena hanya membutuhkan dinding penahan berupa batako atau batu bata. Pembuatan kolam terpal dengan batako atau batu bata sangat mudah karena hanya menyusun batako. Berikut urutan pembuatannya.
a. Lahan dipersiapkan dan ditanam diratakan sebagaimana pembuatan kolam terpal pada no 1 dan 2
b. Selanjutnya, batako atau batu bata disusun membentuk fundasi atau pematang kolam dengan ketinggian yang diinginkan. Lebar susunan batako yang baik minimal 40 cm
c. Jika kolam sudah terbentuk selanjutnya, dipasangi plastik terpal. Ujung terpal menutupi bagian atas fundasi atau pematang kolam (susunan batako), kemudian ditindih lagi dengan batko atau pot tanaman selain berfunsi untuk menahan terpal
d. Selanjutnya, dipasangi pipa paralon atau PVC dan siap diisi air
4. Kolam terpal dengan dinding tanah
Kolam terpal dengan dinding tanah adalah kolam terpal dibawah permukaan tanah. Biasanya kolam terpal ini di bangun pada tanah yang porous. Kelebihan kolam ini adalah suhu air lebih stabil dibandingkan kolam terpal yang dibangun diatas permukaan tanah. Urutan-urutan pembuat kolam terpal dengan dinding tanah adalah sebagai berikut :
a. Siapkan lahan untuk kolam terpal dan bersihkan dari benda-benda yang mengganggu misalnya rumput, pepohonan yang rimbun.
b. Jika ingin membuat kolam terpal 6x4 m maka perlu dilakukan penggalian tanah sedalam 50-60 cm. Rapihkan galian dan bentuk pematang
c. Jika kolam sudah terbentuk maka plastik terpal ukuran 8x6 m siap dipasang. Pasang terpal hingga merapat ke tepi bagian atas terpal dapat dijepit atau ditimbun dengan tanah agar tidak terkulai.
d. Selanjutnya, pasang pipa paralon atau PVC dan siap diisi air
e. Untuk mencegah kolam dari banjir ketika terjadi hujan deras dibuat tanggul penahan yang tinggi.
5. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal
Kolam beton atau berlapis tanah atau terpal dapat berupa kolam yang dibangun di atas permukaan tanah atau di bawa permukaan tanah. Kolam beton yang berlapisi plastik biasanya mengalami retak atau bocor, sedangka tanah yang dilapisi plastik biasanya tanahnya porous atau kolam yang bocor. Berikut cara membuat kolam beton atau kolam tanah yang berlapis terpal.
a. Tentukan kolam yang dilapisi terpal dan lapisi dari benda-benda yang dianggap menganggu.
b. Pastikan didalam kolam tidak terdapat air saat hendak memasang terpal sehingga saat dipasang terpal tidak menggelembung
c. Ukuran kolam biasanya sangat luas sehingga terpal yang tersedia tidak sesuai. Untuk mengatasinya, terpal dapat disambung dengan menggunakan lem atau pres.
d. Pasang terpal hingga merapat ke tepi, lalu lipat dibagian sudutnya sehingga tampak rapi. Bagian atas terpal dijepit dengan kayu atau ditindih dengan batako.
e. Pasang pipa paralon PVC yang telah ditentukan dan kolam siap diisi air.
C. Pakan Buatan
Jika bahan baku cukup tersedia sepanjang tahun, petani bisa membuat pakan sendiri secara perorangan atau kelompok. Pakan buatan yang dikeluarkan oleh pabrik dengan harga yang bervariasi dan tergantung dari kandungan proteinnya.
1. Buatan pabrik
Pakan yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pellet dengan ukuran yang bervariasi. Saat ini negara kita cukup banyak pabrik yang memproduksi pelet. Protein yang terkandung dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik yang memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pelet tersebut. Ada dua macam pelet, yakni pelet terapung dan pellet tenggelam. Pelet terapung adalah pelet yang jika diberikan kepada ikan, beberapa saat akan terapung di atas air kolam, sedangkan pelet tenggelam jika diberikan kepada ikan biasanya langsung tenggelam atau melayang beberapa saat di dalam air.
2. Buatan sendiri
Pakan buatan sendiri, sepanjang bahan baku tersedia, dapat dibuat oleh pelaku utama atau kelompok pelaku utama. Peralatan yang digunakan cukup sederhana, yang penting adalah alat pencetak atau penggiling daging yang diputar dengan tangan. Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan harus mengandung protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Protein dapat berasal dari dedak halus atau ampas tahu. Vitamin dan mineral jumlahnya tidak terlalu banyak dan bisa diperoleh di toko-toko yang menjual pakan ternak.
D. Pakan Alternatif
Pakan alternatif adalah pakan jenis lain yang dapat diberikan kepada ikan lele pada kegiatan pembesaran. Pakan tersebut bukan makanan buatan pabrik atau buatan petani, tetapi pakan yang dibuat dengan memenfaatkan sisa-sisa industri peternakan, limbah pemindangan, ikan rucah, atau berupa hama-hama yang menyerang tanaman padi, seperti keong mas. Kelemahan pakan alternatif terdapat saat pemberiannya, yakni kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan buatan seperti pellet.
1. Limbah peternakan
Bagi para petani lele yang lokasi budidayanya dekat dengan usaha peternakan ayam atau budidaya tersebut terpadu, yakni antara budidaya lele dan ayam, usaha pembesaran lele akan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan pakan yang dibutuhkan lele cukup dengan memanfaatkan limbah peternakan ayam tersebut. Pakan berupa bangkai ayam sebaiknya tidak diberikan secara langsung. Bulu-bulu ayam harus dibuang dengan cara dibakar atau direbus. Jika ayam yang akan diberikan terlebih dulu dibakar, dikhawatirkan bagian dalam perut daging ayam tidak akan masak, tetapi jika direbus, semua organ ayam akan masak, termasuk bagian dalamnya. Jika pakan banyak yang tersisa dan membusuk, kualitas air bisa menurun.
2. Ikan rucah
Ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang tidak dikonsumsi manusia merupakan salah satu pakan yang disukai lele. Ikan rucah banyak sekali ditemui di daerah pantai, terutama di daerah yang dekat dengan pelelangan ikan. Harga ikan ini relatif murah dan terjangkau para pembudidaya lele. Jika berukuran kecil dan tidak banyak mengandung duri atau tulang, ikan rucah dapat diberikan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, jika banyak mengandung tulang atau duri, sebelum diberikan ikan rucah harus direbus terlebih dahulu setengah masak untuk memisahkan daging dengan tulang atau durinya. Dedak halus dapat ditambahkan untuk menambah gizinya. Pakan selanjutnya ditebarkan secara langsung atau dengan cara disimpan menggunakan wadah, seperti ayakan yang ditempatkan beberapa buah di bawah permukaan air.
3. Mogot
Ulat mogot adalah biokonversi dari bungkil kelapa sawit. Biokonversi adalah merubah bentuk dari produk/limbah produk/ampas agar mendapatkan nilai optimal melalui proses biologi. Penggunaan ampas kelapa sawit untuk dijadikan mogot dilakukan melalui proses fermentasi. Fermentasi ampas akan menarik lalat hutan (Hermetia illucens) meletakkan telurnya. Ulat mogot menetas dari telur-telur tersebut dan dijadikan pakan lele yang proteinnya sangat tinggi dan sangat disukai lele.
4. Keong mas atau bekicot
Pakan alternatif lain yang dapat diberikan kepada lele adalah daging keong mas atau daging bekicot. Kedua jenis hewan tersebut umumnya merupakan musuh para petani, karena menyerang tanaman padi milik para petani. Dengan demikian, sebetulnya memanfaatkan keong mas sebagai makanan ikan lele berarti ikut pula membantu petani dalam memberantas hama tanaman padi.
Keong mas atau bekicot tidak dapat diberikan langsung, tetapi harus dipisahkan daging dengan cangkangnya terlebih dulu. Caranya cukup mudah, yakni dengan merebus keong mas beberapa menit di dalam wadah tertentu, kemudian satu per satu dagingnya dicongkel menggunakan alat yang runcing, sehingga terpisah dari cangkangnya. Cara lainnya dengan memecahkan cangkangnya, kemudian mengambil dagingnya.
E. Pemberian Pakan
Kegiatan budidaya lele dilakukan untuk menghasilkan lele konsumsi, permintaan dalam negeri biasanya berukuran 8-10 ekor/kg, sedangkan untuk ekspor rata-rata sekitar 2 ekor/kg.
Jumlah benihnya yang di tebar rata-rata 100-300 ekor/m2 dengan kedalaman air sekitar 80-100 cm bisa sampai 500 ekor/m2 dengan pemberian probiotik. Lele diberi pakan pellet 3-4% dari bobot biomasa diberikan 2-3 kali sehari.
Pellet yang diberikan kepada lele minimal mengandung protein 20%. Pakan dengan kandungan protein 25-28% cukup memadai untuk memacu pertumbuhan lele. Karena lele adalah ikan yang rakus maka dapat pula diberikan pakan tambahan berupa daging bekicot, ikan rucah, bangkai ayam yang telah direbus atau dibakar, dan daging hewan lainnya. Selama 2,5 bulan pemeliharaan, ikan dapat mencapai ukuran 8-12ekor/kg.
Agar membuat ikan kebal terhadap serangan penyakit, dapat digunakan vitamin C dosis 250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Atau menggunakan probiotik sebagai imunostimulan, misalnya lipo polisakarida 10 mg/l untuk mempertahankan stamina ikan.
Sebagaimana pendederan, kolam terpal pada pembesaran juga harus dijaga kebersihannya sehingga tidak menjadi sarang penyakit. Sisa pakan dan kotoran ikan di dasar kolam terpal secara rutin dibersihkan dengan melakukan penyifonan setiap 20-30 hari sekali.
1. Waktu pemberian pakan
Waktu pemberian pakan dapat dilakukan pada pagi, siang, sore, atau malam hari, hanya frekuensinya yang berbeda. Pemeberian pakan yang teratur dimaksudkan untuk mendisiplinkan waktu makan ikan. Umumnya, ikan yang sudah biasa diberi pakan pada pagi atau sore hari akan merasa lapar pada pagi atau sore hari juga. Begitu juga dengan ikan yang diberi pakan pada siang atau malam hari, akan memerlukan pakan pada siang dan malam hari juga. Dengan membiasakan pemberian pakan pada waktu yang tepat dan teratur, nafsu makan ikan dapat diketahui. Tentu saja, pakan lebih efisien karena pakan yang diberikan langsung dilahap habis.
2. Jumlah (porsi) pakan
Jumlah pakan adalah porsi atau banyaknya pakan yang dibutuhkan dan harus diberikan pada ikan. Biasanya, dihitung dalam persen (%) per hari berat (bobot) keseluruhan jumlah ikan dalam kolam. Persentase pakan untuk ikan harus benar-benar diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu patokan saja. Patokan yang ada kadang tidak terlalu tepat karena pada umur atau ukuran tertentu membutuhkan jumlah atau porsi yang pakan berbeda-beda.
Ikan lele membutuhkan pakan 15-3% per berat total ikan dalam kolam, tergantung dari ukuran ikan.pada umur 20-3- hari, lele membutuhkan pakan 90 hari ke atas, membutuhkan pakan sebanyak 4-3% bobot tubuh/hari. Pakan yang diberikan harus berkualitas baik. Minimal mengandung 25% protein.
Berdasarkan kenyataan tersebut, lebih tepat jika setiap minggu atau setiap 2 minggu sekali pembudidaya melakukan pengamatan jumlah pakan yang dibutuhkan per bobot biomassa (ikan). Pengamatan ini dapat dilakukan saat sedang memberi pakan ikan. Caranya, bila ikan sudah terlihat kenyang, pemberian pakan dihentikan dan hitung jumlah kilogram pakan yang diberikan dalam sehari (A). selanjutnya tangkap beberapa ikan sampel (cukup 10-15 ekor), kemudian dihitung bobot rata-ratanya. Dengan mengalikan bobot rata-rata ikan dengan jumlah keseluruhan ikan di dalam kolam, dapat dihitung bobot ikan dalam wadah (B). selanjutnya, dengan rumus A/B x 100%, dapat diketahui persentase pakan yang harus diberikan/dibutuhkan (C%).
Selama kebutuhan porsi pakannya tetap, ikan boleh diberi pakan dengan porsi C% dari total berat ikan. Minggu minggu selanjutnya, porsi pakan dapat berubah naik atau turun sehingga porsi apakan yang diberikan juga harus diubah sesuai kenaikan dan penurunnya. Bagi pembudidaya ikan atau teknisi yang berpengalaman, jumlah pakan untuk ikan selalu berpatokan pada saat ikan-ikan terlihat kenyang (dihentikan kira-kira 15 menit setelah ikan-ikan tidak mau makan).
3. Frekuensi pemberian pakan
Frekuensi pemberian pakan adalah kekerapan waktu pemberian pakan dalam sehari, mungkin 1 kali, 2 kali, 3 kali atau lebih sering lagi. Frekuensi pemberian pakan ini berhubungan dangan frekuensi lapar ikan. Kadang kekrapan frekueinsi pemberian pakan ini sengaja diatur untuk memacu pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sedikit demi sedikit, namun dengan ferekuensi yang lebih sering, akan membuat ikan tidak lekas kenyang dan nafsu makan ikan tetap terjaga. Dengan demikian ,jumlan atau porsi pakan yang dimakan ikan dapat lebih banyak sehingga pertumbuhan ikan lebih cepat.

4. Tempat pemberian pakan
Tempat pemberian pakan adalah letak atau posisi pakan itu harus diberikan. Pakan itu dapat diberikan pada satu tempat, selain untuk menjamin semua ikan mendapatkan pakan dalam porsi yang cukup. Letak pemberian pakan yang tepat juga dimaksudkan untuk mengefisienkan jumlah pakan yang diberikan.
Ikan selalu mengingat waktu dan tempat dimana setiap kali diberi pakan. Oleh karena itu, ikan-ikan akan menunggu ditempat pemberian pakan bila tiba waktu pembarian pakan. Dengan mendisiplinkan ikan dalam pemberian pakan, baik waktu maupun tempat, pakan dapat dimanfaatkan secara efisien.
Untuk mengefisienkan pemberian pakan, menjaga lingkungan hidup tetap baik (tidak terjadi penimbunan pakan didasar kolam), serta menekan biaya produksi dan untuk menghindari kerugian yang lebih besar yang akhirnya dapat mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya, penerapan teknik pecan ikan yang tepat harus benar-benar dilakukan.
F. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya lele adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Para petani yang baru bergerak dibidang budidaya lele, tentu akan mengalami kesulitan dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit. Karena itu perlu tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit.
1. Penanggulangan Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama ini biasanya memangsa telur hingga lele dewasa. Hama masuk ke dalam kolam lewat tiga cara, yakni lewat air (ikan liar, belut, katak), lewat darat (ular, katak), dan lewat udara (burung).
Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah serangan hama :
a. Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperharikan atau dipatuhi.
b. Pada pintu pemasukan dipasang saringan atau kain kasa agar hama tidak masuk ke dalam kolam.
c. Untuk hama yang masuk lewat udara, pencegahannya dilakukan dengan memasang jaring di atas kolam.
Selain hama, gulma yang tumbuh di permukaan air kolam juga harus dibersihkan karena bisa menjadi saingan dalam memperebutkan unsur hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. Selain itu, gulma juga menghalangi masuknya sinar matahari dan menyulitkan saat pemanenan.
2. Penanggulangan Penyakit
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh lele sehingga organ tubuh lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh lele. Kemudian penyakit akan timbul jika terjadi ketidak-seimbangan antara kondisi lele, lingkungan, dan patogen. Lele yang kondisi tubuhnya buruk, sangat besar kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat disebabkan berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang membuat lele mengalami stress atau terjadi luka dan pendarahan pada tubuhnya.
Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik, terutama saat panen dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian halnya dengan kondisi lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di kolam rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran baik oleh limbah industri maupun rumah tangga.
           a. Penyakit akibat bakteri
Bakteri yang menyerang lele dumbo adalah bakteri Aeromonas dan bakteri Pseudomonas. Kedua bakteri yang bentuknya menyerupai batang berukuran sangat kecil ini menempel di kulit, mulut, dan sirip. Gejala penyakitnya adalah muncul luka di kulit dan lama-kelamaan akan bernanah. Lele yang terserang bakteri selalu muncul kepermukaan air dalam posisi vertikal atau tubuhnya berputar-putar dalam air. Jika tidak ditanggulangi, penyakit akibat bakteri bisa menyebabkan kematian massal.
Pengendalian penyakit akibat bakteri dilakukan dengan mencampur pakan dengan antibiotik seperti Chloramphe-nicol, Terramycin atau Oxsytetracycline. Dosisnya sebanyak 5-7,5 gram/100 kg pakan. Pemberian pakan yang telah dicampur antibiotik dilakukan selama 5-15 hari. Selain itu, penanggulangan penyakit akibat bakteri juga bisa dilakukan dengan menaburkan Furaltadone sebanyak 50 ppm/jam. Furaltadone sangat efektif karena cepat diserap oleh kulit dan insang sehingga bisa digunakan untuk pencegahan ataupun pengobatan lele dumbo yang terserang bakteri.
            b. Penyakit akibat jamur
Jamur Saprolegnia dan jamur Achyla sering tumbuh pada lele yang terluka. Kedua jamur ini bisa menyerang telur, larva, benih, dan lele dewasa. Gejala serangan jamur dapat diketahui dan tumbuhnya serabut seperti kapas di telur atau larva. Pada benih lele dumbo dewasa, serabut seperti kapas ini tumbuh di kulit, mulut, dna kumis. Gejala lele yang terserang jamur terlihat sering berputar-putar saat berenang.
Untuk benih dan lele dumbo dewasa, pengendalian penyakit akibat jamur dilakukan dengan mencampurkan fungisida Malachite Green Oxalate sebanyak 0,05-0,1 ppm ke dalam air kolam. Sementara itu, untuk mencegah serangan jamur pada telur dan larva dilakukan dengan merendam induk betina ke dalam larutan Wescodyner dengan dosis 25 ppm. Perendaman dilakukan selama 5-10 menit, satu jam setelah induk betina di-stripping. Selain itu, perendaman juga bisa dilakukan menggunakan Malachite Green Oxalate yang bebas seng dengan dosis 0,10-0,20 ppm selama satu jam, atau dengan dosis 5-10 ppm selama 15 menit.
            c. Penyakit akibat parasit
        Parasit penyebab penyakit pada lele adalah protozoa (jenis Costia, Chilodonella, dna       Trichodina) dan trematoda (jenis Dactylogyrus dan Gyrodactylus). Gejala serangan parasit dapat diketahui dari munculnya lapisan lendir berwarna kelabu di kulit lele dumbo. Lele yang terserang penyakit sering terlihat muncul ke permukaan air dengan posisi vertikal atau terlihat menggesek-gesekkan tubuh dan kepalanya ke pinggiran kolam. Penyakit akibat parasit bisa menyebabkan kematian massal pada lele dumbo. Penanggulangannya dilakukan dengan mencampurkan formalin sebanyak 25 ppm ke dalam air kolam.

PENUTUP

Ikan lele telah menjadi tumpuan harapan dan menu utama makanan ikan rakyat Indonesia maupun sebagai komoditas eksport. Tampaknya masyarakat pembudidaya lele telah siap. Beberapa program untuk pemantapan lele sebagai primadona budidaya air tawar telah digalakan oleh pemerintah antara lain : 
  • Minapolitan berbasis budidaya lele.
  • Membuat minadesa lele.
  • Pengembangan minapadi dengan lele sebagai minanya.
  • Akuaponik dengan lele yang dipelihara di kolam.
  • Kombinasi dengan peternakan sapi.
  • Padat penebaran tinggi lebih dari 500 ekor/m2 dengan pemberian probiotik.
Penggunaan probiotik pada budidaya perikanan telah menyelamatkan budidaya udang di tambak. Pada budidaya lele kita dapat memanen 10-12 ekor/kg dalam tempo 40 hari (10-15 hari lebih singkat untuk hasil yang sama bila tanpa probiotik). Probiotik juga dapat menurunkan konversi pakan menjadi sekitar 0,8 dari tanpa probiotik 1,1. Artinya dengan probiotik hasil 1 kg ikan lele hanya perlu pakan 0,8 kg. Penggunaan probiotik juga akan meningkatkan tingkat kelulusan hidup ikan lele. Jenis-jenis probiotik yang beredar di pasar antara lain : SPF (Super Plankton Fertilizer), Master Fish, Nature, Raja Grameh, Raja Lele, Nutrisi Simba, Bendoz-A dan Pidas. Sebagai contoh, untuk kolam lele ukuran 64 m2 dengan padat tebar 150 ekor/m2 gunakanlah 10 liter probiotik cair selama 2 bulan masa budidaya. Aplikasi probiotik bisa dilakukan dengan memasukkan langsung ke dalam kolam atau dicampur dengan pakan.
Disamping itu, beberapa manfaat adanya budidaya lele antara lain :
  • Limbah air pembuangan dari kolam pembesaran budidaya ikan lele yang siap dipanen bisa dialirkan ke kolam yang kurang produktuf untuk budidaya cacing sutra (tubifex) yang sangat dibutuhkan larva-benih ikan sebagai pakan alami.
  • Air kolam lele sangat bermanfaat untuk mengairi pohon jeruk atau belimbing karena bisa membuat buahnya jauh lebih banyak dan lebih manis.
Selamat mencoba.


 
DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia. 2007. Berternak Lele Dumbo. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hal.
Bachtiar, Y., 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 102 hal.
Hendriana, A. 2011. Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal
Hernowo dan S.R Suyanto 2010. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Khairuman dan K. Amri, 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Iintensif. PT AgroMedia Pustaka. Depok. 65 hal.
____________________, 2005. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. PT AgroMedia Pustaka. Depok. 79 hal.
____________________, 2008. Budidaya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 79 hal.
Kordi, M. G.H.K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. 114 hal.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 171 hal.
____________, 2011. Pembesaran Lele di Berbagai Wadah Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.
Mulyana, D.Y. 2011. Kaya Raya dari Budidaya Ikan dengan PROBIOTIK. Berlian Media. Yogyakarta. 87 hal.
Prihartono, R., E., J. Rasidik dan U. Arie. 2010. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Prasetya, B.W. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hal.
Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi di Lahan 100 m2. Penebar Swadaya. Jakarta. 171 hal.
__________ 2011. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hal
SNI : 01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN. Jakarta. 8 hal.
SNI : 01-6484.2-2000. Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Benih Sebar. BSN. Jakarta. 5 hal.
SNI : 01-6484.3-2000. Produksi Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN. Jakarta. 8 hal.
SNI : 01-6484.4-2000. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) Kelas Benih Sebar. BSN. Jakarta. 6 hal.
SNI : 01-4087-2006. Pakan Buatan untuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Budidaya Intensif. BSN. Jakarta. 12 hal.
Subandi, M. M. 2007. Panduan Menghitung Biaya Usaha Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal.
Susanto, H. 2009. Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hal.
Warisno dan K. Dahana. 2009. Meraup Untung Beternak Lele Sangkuriang. Lily Publissher. Yogyakarta. 96 hal.


 

Ir. H. IQRABI PENYULUH PERIKANAN MADYA BKP3 KABUPATEN TAPIN